Be inspiring teacher dear…

pic2

Hari ini tanggal 25 November 2015 adalah hari guru πŸ™‚
Ketika mengingat kata “guru”, pikiran saya berlompatan seperti mereview kembali kenangan bersama sosok-sosok luar biasa yang bernama guru. bagaimana tidak…6 tahun di sekolah dasar, 7 tahun Mts + MAK, 4,5 tahun dikampus, kita begitu akrab dengan sosok-sosok ini. Bahkan bisa jadi sebagian waktu kita lebih banyak dengan mereka ketimbang dengan orang tua kita….

Part 1 : Episode Sekolah dasar
Saya ingat awal sekolah dasar dengan memakai tas paling cantik bewarna nyentrik gabungan hijau dan pink, saya pergi sekolah ditemani kakak sepupu saya. Ada rasa canggung ketika menyusuri sekolah baru saya, sepanjang pagi, saya ditanyain ini itu oleh kakak-kakak kelas, tapi karna berhubung kita adalah anak kelas 1 yang masih canggung dengan dunia sekolah dasar, saya hampir tak menjawab satupun pertanyaan kakak kelas.

Saya sadar 2 tahun pertama di sekolah dasar adalah tahun yang lumayan nyaman bagi saya, saya selalu mendapat rengking 5 besar. Saya ingat betapa guru kelas 1 kami yang bernama buk Mel begitu telaten mengajarkan kami huruf tegak bersambung, suara beliau benar2 nyaman bagi saya pribadi yang begitu cemas di tahun2 pertama SD.

Menginjak tahun ketiga, setelah sakit 1 bulanan saya seolah hilang kendali dengan semua mata pelajaran saya. Banyak sekali pelajaran yang benar-benar tak saya pahami lagi. Saya ingat hari pertama pasca sakit, saya mendapat nilai 0 untuk nilai matematika dan itu benar-benar membuat saya sedih hanya saja terlalu malu utk menangis.

Pengalaman SD bersama guru-guru saya, sejujurnya bukanlah masa paling mengesankan bagi saya. Memory saya malah banyak menangkap pengalaman yang tidak menyenangkan ketika di SD. Saya ingat pernah kena pukul dengan rol besar ketika tidak tahu urutan jenjang pengukur berat kg, hg,dan kawan-kawannya. Pernah setelah mengikuti sebuah lomba, saya dipanggil seorang guru kemudian beliau berujar bahwa beliau sebenarnya tidak memilih saya dalam perlombaan ini dan ternyata dugaan beliau benar, saya memang kalah…and you know what I feel…
saya juga tak pernah diikutkan dalam lomba senam alasannya karena tinggi…whoalah betapa saya begitu iri melihat mereka berseragam olahraga sementara saya di kelas bersama anak-anak yang tinggal kelas.

Dibalik itu tentu masih banyak guru-guru yang baik, bagi dunia anak kecil ukuran baik, saya rasa bicara tentang ukuran pemarah atau tidaknya, sabar dan tidaknya. Ya kita memahaminya dulu sesederhana itu. makanya memori tentang kemarahan, hardikan, pembicaraan yang tidak mengenakkan, benar2 tersimpan di long memory kita.

Part 2: Episode Tsanawiyah dan Aliyah

Episode ini saya rasa episode paling berbalik 180 derjat bagi saya. Di masa ini saya mulai begitu memahami jati diri saya. Membuat komitmen-komitmen penting bagi hidup saya. Masa-masa ini adalah masa berkopetisi dalam prestasi. Masa-masa ini kemarahan seorang guru tak lagi saya pahami sesederhana itu. Dan engkau tahu, bahwa pesantren kecil di tengah kampung asri bernama Sungai Pua yang kerab dikenal orang dengan sebutan “Diniyah V Jurai” itu adalah sekolah terbaik yang pernah ada menurut saya. Di sini saya pernah diajarkan banyak hal oleh guru2 terbaik. Belajar dari pagi hingga sore, kadang 2 kali seminggu juga ada belajar malamnya….hingga kni benar2 begitu membekas bagi saya.

Saya masih bisa membayangkan bagaimana degupan jantung saya, ketika membuka kitab tak berbaris itu. Merasakan dinamika harus berdiri ketika gagal baca tasrif. Menonton film kartun pertama, belajar bahasa Arab dengan berbagai metode2 pembelajarannya yang unik. Sering menahan kantuk kalau masa ujian kompre di akhir semester telah datang, semua buku pelajaran kami bertebaran dimana-mana, sementara mulut kami berkomat-kamit menghafalkan pelajaran yang akan di ajarkan.

Ingatan saya seolah masih pagi, dengan cerita nabi yang diselingi canda tawa khasnya ustd Syahrul Ismet. Ingatan saya masih pagi ketika Ustad Metriadi meninggalkan kami ketika ujian sementara tak satupun dari kami berani untuk mencontek hanya dengan 1 kalimat mujarab beliau “Yang mencontek, ustad minta pertanggung jawabannya di akhirat”. Masih pagi dalam ingatan saya ketika suara lantang ustad Harmen membacakan kitab, cerita-cerita inspiratif dari beliau dan kecintaan beliau terhadap buku yang sering beliau ulang-ulang di setiap pelajaran bersama kami, “yang beli buku tidak akan rugi”.

Masih pagi dalam ingatan saya bagamaimana saya pertama kali gagunya memegang laptop, tidak mengerti dimana spasi dan memegang tuts komputer dengan ragu-ragu. Sementara setelah itu saya benar2 ditampar dengan satu kata dari ustad armi “Orang-orang pintar akan kalah kalau hanya mengandalkan otaknya, dia butuh skill dan butuh komunitas utk berinteraksi dengan banyak orang”. Di hari berikutnya beliau begitu sabar mengajarkan saya word, exel, surat-surat.

Kami punya Ustd komputer yang sering kami pleset2kan namanya berhubung beliau masih muda dan kesabaran beliau mengajarkan komputer di sela-sela keriuhan kami berkejaran memanggil nama beliau ketika tugas komputer tidak bisa kami mengerti.

Masih pagi dalam ingatan saya bagaimana gerak tubuh Ustad Masykur menasehati kami, menyumpahi kami dengan sumpah yang benar2 menggelikan. Jika kami tidak hafal pelajaran beliau atau terbata-bata menjawab pertanyaan beliau, beliau selalu berujar “saya sumpahi kalian jauh lebih pintar dari saya”, saya tawa beliau memenuhi ruang kelas kami.

Masih pagi dalam ingatan saya bagaimana Ustad Yasri mengajarkan kami tasrif, menyuruh kami setiap minggu menyetor tasrif-tasrif itu, bahkan ketika ujian beliua rela menghabiskan akhir minggu yang seyogyanya untuk keluarga beliau, malah dihabiskan mengajarkan kami membaca kitab. Masih pagi dalam ingatan saya ketika Putri tertidur ketika pelajaran baca kitab berlangsung sementara pensilnya masih berdiri berlagak seperti orang sedang menulis padahal pikirannya sudah di dunia mimpi. Dan Ustd yang terakhir ini, benar2 membekas ilmunya bagi saya, caranya menegur saya ketika nilai saya mulai turun, cara beliau memotivasi kami, wajah kecewa beliau ketika kami tak ingat pelajaran yang baru kemaren beliau ajarkan. Saya ingat bagaimana kami begitu mengakrapi rumah beliau untuk belajar, mengakrapi istri dan anak-anak beliau saking seringnya kami belajar di rumah beliau.

Semoga Allah merahmati semua jasa guru-guru kita, menjadikan ilmu beliau sebagai shadaqah jariyah bagi beliau. Mudah2han kita adalah murid yang berbakti yang tetap mendoakan keselamatan bagi mereka. Semoga keberkahan, umur yang panjang, kesehatan, keselamatan selalu melingkupi mereka dan keluarga mereka.

Part 3 : masa kuliah
Dan masa ini adalah masa yang terasa benar-benar ringan. Saya hampir tidak pernah lagi merasakan deg2an karena terkendala pelajaran. fase ini adalah fase belajar, fase organisasi yang demikian manis. Dan disinilah saya mulai mengenal LDK, bertemu dosen yang luar biasa, bermimpi banyak untuk dunia akademik saya. Dan di fase 4,5 tahun itu terasa demikian singkat, hanya saja dinamika perjuangan nilai tidak begitu saya rasa pada fase ini. di titik akhir fase pendidikan s1 saya, saya begitu bersyukur pernah menjadi anak pesantren selama 7 tahun, saya bersyukur di fase2 puber kata orang, saya berada dilingkungan yang baik dan keluarga yang baik, hingga perbuatan2 yang nyeleneh rasanya selalu bisa saya kontrol. Di fase ini ketemu teman-teman yang benar2 beraneka ragam, bertemu dosen inspiratif. Saya begitu bersyukur ketika berfikir saya pernah merasa demikian gagal dalampembelajaran di waktu SD, kemudian merasakan kondisi semakin baik ketika SMP, SMA dan kuliah saya. Setidaknya hari ini saya memahami untuk menjadi sesuatu benar2 butuh proses, ada trial dan errornya dan saya demikian memahami dua perasaan yang berseberangan itu “merasa bodoh tersudutkan” dan “merasa mampu dan percaya diri”. dan titik ini saya benar2 bersyukur mempunyai kedua rasa itu. Alhamdulillah. πŸ™‚

Dan hari ini, alur hidup membuat saya ditakdirkan menjadi seorang guru. Bukan lagi belajar tapi mengajar, bukan lagi di posisi mengkritik tapi juga dikritik, bukan lagi fase menerima tapi juga memberi. Dan di fase ini semua memory tentang guru-guru saya berkejaran di fikiran saya. Tidak mudah menjadi guru yang baik, guru yang sabar seperti pikiran teoritis saya. Tapi setidaknya saya pernah diajarkan oleh guru-guru luar biasa itu. Doakan saya selalu bisa memberi lebih untuk anak didik saya. Doakan saya bisa mendoakan mereka banyak bukan menuntuk banyak. Dan semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menjadi guru-guru yang menginspirasi.

Selamat hari guru untuk para guru di Indonesia πŸ™‚ teruslah berkarya dan menginspirasi… πŸ™‚ πŸ™‚

13 tanggapan untuk “Be inspiring teacher dear…”

  1. Assalamualaikum warahmatullah
    Hai! πŸ™‚ lg blog walking mampir2 hehe… cerita masa SD ya?? mulai samar2 dalam ingatan saya hehehe πŸ˜€
    Mbak follow back ya, yuk belajar Islam di blog ku, ajaran yang mencangkupi bahkan seluruh dasar hidup manusia :)) tanpa ada satupun kontradiksi dengan fitrawi manusia

    Suka

  2. Kata pak kyai saya, guru yang terbaik adalah guru yang ikhlas. Keikhlasan akan menginspirasi muridnya sepanjang hayat. Selamat hari ustadz. Eh salah hari guru. Hehehe….!!! Salam kenal dari solo

    Suka

Tinggalkan Balasan ke zaki19482 Batalkan balasan