Kitakah penerima syafa’at itu…

Hari itu hari Minggu. Ada kajian yang mendatangkan ulama besar dari Mesir,semua peserta antusias menunggu-nunggu Syeikh ini memasuki ruangan.
Setelah beberapa agenda berlangsung menjelang tengah hari Syeikh dari Mesir tersebut akhirnya memasuki ruangan, tersenyum saat memasuki ruangan kemudian memeluk hangat orang-orang yang berada di dekatnya.

Mulailah beliau menyampaikan taujihnya berkenaan dengan keadaan di Mesir saat ini dengan bahasa Arab yang sangat fasih. Kebanyakan peserta di ruangan itu tentu saja tidak banyak yang tahu apa maksud dari ceramah Syeikh ini, beruntung setelah beberapa hal beliau sampaikan maka ada seorang ustad yang menerjemahkannya.

Pada saat ustad menerjemahkannya maka saat itulah Syeikh ini berkesempatan untuk memperhatikan semua peserta yang ada di ruangan tersebut. Beliau selalu tersenyum ketika sang ustad menyebut Nabi Muhammad SAW, begitu terus hingga beberapa kali percakapan. Di tengah-tengah penyampaian ceramah, tampaklah beliau beberapa kali bergurau dengan ustad penerjemah tersebut.

Maka setelah sang Syeikh menyampaikan lagi tentang keadaan dakwah di Mesir dengan semangat yang berapi-api, kemudian diterjemahkanlah oleh sang ustad candaan gurauan mereka tadi. Syeikh tersebut mengatakan “Ketika kusebut Nabi Muhammad SAW, hanya sedikit sekali di ruangan ini yang bershalawat atas beliau, aku heran hingga kupraktekkan untuk menyebut Nabi Muhammad berkali-kali namun tetap sama, hanya sedikit yang bershalawat untuk nabi, aku jadi teringat hadits beliau tentang orang-orang yang sesungguhnya kikir diatas dunia ini adalah orang-orang yang jika disebut namaku kata nabi, mereka enggan bershalawat untukku”.

Semua di ruangan itu tersentak, merasa malu kemudian langsung mempraktekkan untuk bershalawat dengan keras tiap kali Syeikh tersebut menyebut nama Nabi Muhammad. Syeikh itu tersenyum cerah tiap kali kami menjawab shalawat kepada nabi bersama-sama, hingga ruangan tersebut benar-benar menggema dengan keriyuhan suara kami menjawab shalawat.

Hari itu sampai saat ini saya ingat betul bagaimana anehnya senyum beliau ketika memperhatikan kami tidak bershalawat dan betapa cerahnya senyum beliau ketika kami bershalawat kepada nabi. Mulai hari itu saya belajar untuk selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad tiap kali ada yang menyebut kekasih Allah tersebut. Setiap kali bershalawat selalu saja terlintas bagi saya cerahnya wajah Syeikh itu tersenyum. Mudah-mudahan Allah selalu merahmati beliau.

“Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa’ala ali Muhammad”. Mari kita perbanyak shalawat mudah-mudahan kita bisa mendapat syafaat dari sosok yang sangat mencintai kita, selalu mengingat kita umatnya hingga akhir hayatnya.

8 tanggapan untuk “Kitakah penerima syafa’at itu…”

  1. haha..syeikh-nya baik banget, ketika melihat hal begituan, beliau tersenyum. kalau aku, ke temen2ku udah suka sensi kalau gak ada yang bershalawat pas nama Rasulullahu Shalallahu ‘Alaihi Wassaalam disebut. 😛

    Suka

jangan lupa tinggalkan komentar kawan ^^